Selamatkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka

Sehat dan selamat dengan 4 i + 2 t (islam, iman, ihsan, ikhlas plus taqwa dan tawakkal). Maka harus ada ilmunya. Selamat dalam Islam ialah bertauhid lalu taat kepada Allah swt dan Rasul-Nya saw. Apa yang diberi Rasul maka ambillah, apa yang dilarangnya maka jauhilah (Al-Hasyr 7). Jadi Allah dan Rasul-Nya adalah nomor satu.

Mohon sumbangan tulisan kesehatan dan agama, dikirm via email ke rifan.mmd@gmail.com. Kami tunggu dan jazakumullah khoiran katsiran.

Rabu, 21 September 2016

Hati-hati Memposting Suatu Amalan atau Pemahaman dan Keyakinan Agama di Dunia Maya




Pedoman lengkap setelah teks pendek dengan tema sama sebelumnya. Karena semua materi yang kita unggah (teks, foto, video dll) di internet bersifat menetap sampai akhir zaman. Kalau baik, maka menuai pahala selamanya. Dengan bahasa iman, kalau materi yang diunggah buruk, haram, dhalim kepada sesama, maka berdosa secara kontinyu detik demi detik sampai akhir zaman. Amal yang telah anda kumpulkan habis karena dosa yang terus menumpuk. Nah ada saja seorang teman mengunggah foto “saru” di medsos/internet, dengan rasa senang dan bangga. Padahal karena materi itu haram dilihat orang, maka pengunggah berdosa, detik demi detik sampai akhir zaman. Maka berpikirlah sebelum mengunggah materi ke internet. Lebih baik unggah materi baik, karena akan ada pengembalian kebaikannya (balasan dari Tuhanmu).

Pedoman dan petunjuk beragama Islam ialah Al-Qur’an dan As-Sunnah, tetapi bagaimana memedomani Al-Qur’an dan As-Sunnah,  tidak boleh atau tidak bisa semaunya atau terserah kita. Semua itu tentu ada bakunya. Karena agama dari Allah, diturunkan (diajarkan) kepada Nabi Muhammad saw, untuk diajarkan kepada semua umat manusia, khususnya yang beriman. Jadi pemahaman dan pengamalan agama harus asli atau otentik, mengikuti apa yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Contoh yang paling simpel ada di dunia komputer. Ada komputer yang operating system (OS)-nya Windows atau Linux atau Aple. Tidak bisa kan kalau semau kita, atau dicampur-campur. Kecuali kita pakar, ya silakan bikin OS sendiri. Persis seperti ulama yang sangat lama mengaji, mengajar, menyusun tulisan, akhirnya menulis Kitab untuk dipedomani umat. Termasuk Kitab Tafsir Al-Qur’an. Tetapi sekedar memperkuat agama Islam agar umat dimudahkan belajar dan memedomani Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk diamalkan. Bukan berarti menjadi nabi baru, karena Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir atau penutup para Nabi.

Misalnya seseorang mengatakan “Saya ambil dari Al-Qur’an untuk tujuan ini...”, maka bukan berarti asal comot suatu ayat, lalu dikarang manfaatnya, dicocokkan sesuai terjemahnya. Memahami agama dan mengamalkannya tidak bisa begitu. Apalagi wahyu kan dari Allah swt kepada Nabi-Nya, jadi ya harus mencari tahu dari Kitab-kitab yang ada, bagaimana dulu Rasul / Nabi saw menerangkan ayat itu. Maka ikutilah petunjuk Rasul saw atau sahabat yang diamanahi untuk mentakwil (tafsir) misal Ibnu Abbas. Tetapi persoalannya beliau-beliau sudah tidak ada, maka tentu kita cari dari Kitab-kitab yang ditulis para ulama sesudahnya atau kita tanyakan ulama/ustadz yang ahlinya di bidang itu. Para ulama sudah menulis sangat banyak Kitab-kitab agama (ratusan ribu jumlahnya), misalnya kumpulan fatwa (Al-Fatawa), Kitab Hadits, Kitab Tafsir  Al-Qur’an, Kitab Fiqih dll yang ditulis para ulama yang diakui kemampuannya, maka kita bisa membaca Kitabnya. Sayangnya kitab yang dikarang para ulama besar dan Imam Madzhab atau murid-muridnya kebanyakan berbahasa Arab.

Di Indonesia sudah ada Kitab Tafsir, misal yang ditulis oleh KH. Hasbi Ash-Siddiqy (Tafsir An-Nur), HAMKA (Tafsir Al-Azhar), Prof. Quraisy Shihab (Tafsir Al-Misbah) dll yang memang diakui ulama kepakaran beliau-beliau.  Dari kitab-kitab itu kita bisa melacak arti dan tafsir suatu ayat, dan penggunaannya. Karena ayat bukan mantera, melainkan hukum, ada doa, ada sejarah dll, tetapi seluruhnya bertujuan untuk menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa (Al-Baqarah [2]: 2).

Bolehlah belajar agama dengan membaca Terjemahan Kitab Tafsir aslinya (Arab), misal Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Maroghi dll, dan juga yang berbahasa Indonesia, tetapi mutlak harus dibimbing oleh ustadz, sehingga bisa bertanya, manakala ada kesulitan memahami. Telah kita ketahui bahwa ulama atau ustadz juga mempunyai spesialisasi. Seorang penghafal Al-Qur’an (hafidz) belum tentu menguasai terjemah dan tafsir Al-Qur’an dan sebaliknya. Seorang Imam Besar Masjid Agung, belum tentu menguasai seluruh ilmu agama. Seorang ulama yang berfokus kepada ilmu hadits, belum tentu menguasai Tafsir atau Fiqih atau ilmu lainnya. Demikian terbatasnya manusia, maka kitalah yang harus mengaji dari berbagai ulama/ustadz baik jika ingin diamalkan sendiri, apalagi jika untuk diajarkan kepada manusia, termasuk menyebarkannya di internet. Bila mau mengajarkan agama kepada umat, sudah belajar formal atau informal dari para ulama/ustadz yang terpercaya dan telah mampu menguasai ilmunya secara komprehensif (ilmu bahasa Arab, Nahwu, Shorof / gramatika, pernah mengaji tafsir Al-Qur’an, pernah mengaji ilmu hadits, ilmu fiqih, dll). Artinya sudah kulakan lengkap dan barangnya asli, baru berjualan atau memasarkan dagangannya.

Tentulah yang paling kecil resikonya ialah mengajarkan apa yang diperoleh dari pengajian itu, termasuk mempostingnya di dunia maya, sembari menyebut asal sumbernya. cara itu kita telah berhati-hati menyebarkan suatu amalan atau pemahaman di internet, karena bisa dibaca di seluruh dunia. Apalagi tulisan di dunia maya bersifat tetap dan akan bisa diakses siapa saja sepanjang masih ada internet sampai kiyamat. Apabila kemudian dikoreksi orang lain, seseorang yang mengajar atau menyebarkan di website harus terbuka dan rendah hati, dan mau mengoreksinya. Sebagaimana firman Allah swt sebagai berikut: “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. (QS Al-An’am [6]: 125).

Maka jelaslah yang paling mudah untuk memahami agama kita ini adalah dengan mengaji kepada ahlinya langsung dengan tatap muka, dilandasi textnya (kitab/buku) dan dibolehkan diskusi atau tanya jawab (ahli Al-Qur’an, ahli tafsir atau ulama / ustadz yang juga sudah mengaji tafsir atau bidang apapun dalam agama). Jadi memahami agama dan pengamalannya ada proses berantai, rantainya tidak putus, kalau disambung-sambung terus tentu berasal dari sahabat Nabi atau Nabi saw. Dan pasti yang paling aman adalah mengaji untuk diamalkan sendiri dan keluarga.

Jika ingin share di internet, misalnya seseorang mengaji Al-Qur’an lalu tertarik suatu ayat, maka haruslah dicari dulu petunjuknya yakni dari hadits/sunnah Nabi saw, dicek di Kitab Tafsir, bagaimana tafsir atau takwilnya, bagaimana penggunaan ayat tersebut. Dan harus jelas diperoleh darimana, apakah Kitab atau Pengajian dari ulama/ustadz. Karena postingan di internet akan diikuti banyak orang, dan telah disebut di atas bersifat tetap. Jika benar, dapat pahala, jika salah dapat dosa, selama yang disampaikan itu diamalkan orang yang menerimanya, siapa saja (lihat hadits di bawah), sampai hari kiyamat.


Mengapa harus demikian, mari kita simak firman Allah hadits-hadits Nabi Muhammad saw sebagai pedoman kita berikut ini:

Firman Allah swt:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS Ibrahim [14]: 24-25).

Produknya (ucapan, tindakan) mukminin adalah bermanfaat bagi sesama, haditsnya sudah kita kenal luas. Mari kita kaji hadits-hadits lainnya sebagai berikut:


1. Secara umum landasan agama adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya berdsar wasiyat Nabi Muhammad saw sbb:

عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Dari Malik telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (Muwatha’ Imam Malik)

2. Petunjuk untuk mengamalkan agama (sunnah) harus dari Nabi Muhammad saw (disebut sunnah Nabi) dan Sunnah Khulafaur Rosyidin (ulama sepakat ada 4 khalifah yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra)

Sabda Nabi saw:
عَنْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَمْرٍو السُّلَمِيُّ وَحُجْرُ بْنُ حُجْرٍ قَالَا
أَتَيْنَا الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ وَهُوَ مِمَّنْ نَزَلَ فِيهِ
{ وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ }
فَسَلَّمْنَا وَقُلْنَا أَتَيْنَاكَ زَائِرِينَ وَعَائِدِينَ وَمُقْتَبِسِينَ فَقَالَ الْعِرْبَاضُ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا فَقَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
سنن أبي داوود ٣٩٩١
Dari 'Abdurrahman bin Amru As Sulami dan Hujr bin Hujr keduanya berkata, "Kami mendatangi Irbadh bin Sariyah, dan ia adalah termasuk seseorang yang turun kepadanya ayat: '(dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kami memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata, "Aku tidak memperoleh kendaraan orang yang membawamu) ' -QS. At Taubah: 92- kami mengucapkan salam kepadanya dan berkata, "Kami datang kepadamu untuk ziarah, duduk-duduk mendengar sesuatu yang berharga darimu." Irbadh berkata, "Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat bersama kami, beliau lantas menghadap ke arah kami dan memberikan sebuah nasihat yang sangat menyentuh yang membuat mata menangis dan hati bergetar. Lalu seseorang berkata, "Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat untuk perpisahan! Lalu apa yang engkau washiatkan kepada kami?" Beliau mengatakan: "Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, senantiasa taat dan mendengar meskipun yang memerintah adalah seorang budak habsyi yang hitam. Sesungguhnya orang-orang yang hidup setelahku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, hendaklah kalian berpegang dengan sunahku, sunah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam urusan agama), sebab setiap perkara yang baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat." (HR Abu Dawud, Takhrij: Sahih menurut Al-Albani).

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ يَقُولُ
وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ الصَّبَّاحِ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً فَذَكَرَ نَحْوَهُ
سنن ابن ماجه ٤٣
Dari Abdurrahman bin 'Amru As Sulami bahwasanya ia mendengar 'Irbadl bin Sariyah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi kami satu nasehat yang membuat air mata mengalir dan hati menjadi gemetar. Maka kami berkata kepada beliau; "Ya Rasulullah, sesungguhnya ini merupakan nasihat perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjukk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya." Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hakim berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Ash Shabbah Al Misma'i berkata, telah menceritakan kepada kami Tsaur bin Yazid dari Khalid bin Ma'dan dari Abdurrahman bin 'Amru dari 'Irbadl bin Sariyah ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengimami kami pada shalat subuh, kemudian Beliau berpaling kepada kami dan memberi nasehat yang sangat menyentuh." Lalu ia menyebutkan sebagaimana dalam hadits di atas. (HR Ibu Majah. Sahih)

3. Karena kalau mengajarkan sunnah berpahala dan mengajarkan bid’ah dosa

Sabda Nabi saw:
كَثِيرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ الْمُزَنِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ ابْتَدَعَ بِدْعَةً فَعُمِلَ بِهَا كَانَ عَلَيْهِ أَوْزَارُ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِ مَنْ عَمِلَ بِهَا شَيْئًا
سنن ابن ماجه ٢٠٥
Dari Katsir bin 'Amru bin Auf Al-Muzani berkata, telah menceritakan kepadaku bapakku dari kakekku bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian orang-orang mengerjakannya, maka ia akan mendapatkan sebagaimana pahala orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barangsiapa membuat kebid'ahan, kemudian kebid'ahan itu dikerjakan oleh orang lain, maka ia akan mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengerjakannya." (Al-Albani: Sahih)
Catatan: kebid’ahan adalah menambah amalan baru yang tak ada dasarnya dari Nabi saw. Lihat no. 4 di bawah.

4. Kalau amalan tidak ada dasarnya dari Nabi saw maka tertolak

Sabda Nabi saw:

عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak. (Hadits no. 5 dalam Kitab Arba’in Nawawiyah).

5. Agama bisa hilang (sesat) kalau orang bodoh (tanpa ilmu agama) memberi fatwa agama

Sabda Nabi saw:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَزِيَادِ بْنِ لَبِيدٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الزُّهْرِيُّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَعَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ هَذَا
سنن الترمذي ٢٥٧٦
Dari Abdullah bin 'Amru bin al 'Ash dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan cara mencabutnya langsung dari manusia, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, hingga ketika Dia tidak meninggalkan seorang alim (di muka bumi) maka manusia menjadikan orang-orang jahil (bodoh) sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, maka mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan." Dan pada bab tersebut juga diriwayatkan dari Aisyah dan Ziyad bin Labid. Abu Isa berkata; 'Ini adalah hadits hasan shahih. Dan az Zuhri telah meriwayatkan hadits ini dari Urwah dari Abdullah bin 'Amru dan dari Urwah dari Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hadits semisal ini. (HR At-Tirmidzi. Sahih).

Penutup
Jadi jelaslah kita harus selektif, tidak mudah menerima suatu ajaran kecuali dari ustadz yang dipercaya (ma’tsur/tsiqoh, bukan sekedar pandai berpidato) dan memang benar-benar ahli agama karena lama nyantri di Ponpes yang bagus, sekolah di Madrasah Diniyah, atau mengaji langsung dengan ulama (seperti HAMKA) dan antara perkataan sama dengan amalannya. Atau mengambil materi dari website yang benar misal dari organisasi agama (tentu yang telah diakui Pemerintah RI dan kita tahu kebesaran atau riwayatnya. Bukan perorangan atau blog yang tidak jelas siapa pengarangnya). Jika terpaksa materi diambil di internet dari blog/website perorangan, kita harus sama selektifitasnya dengan cara memilih ustadz/ulama. Kedua nama yang tercantum sebagai pengarang / pemilik web, benar-benar bisa dihubungi dengan telepon, minimal email. Demikianlah maka rantai pemahaman agama dan pengamalan kita terjaga benar-benar  bersambung kepada sumbernya yang asli (sampai dengan asalnya dari Rasulullah saw).

Demikianlah makalah pendek ini saya dedikasikan agar kita semua selamat meniti jalan lurus milik Allah swt (Islam), agar selamat di dunia dan akhirat serta mendapat ridlo-Nya.

23/24 Romadlon 1434, 1 Agustus 2013

Al-Faqir HM. Masyrifan Djamil

Kemuliaan Para Syuhada' (Orang yang Mati Syahid)



Semoga semua anggota Polisi yang meninggal dalam tugas termasuk mati syahid. Semua muslim yang berjuang di jalan Allah swt, dimana saja di Ambon, di Poso (dulu), di Palestina, di Serbia dan sekitarnya, di Iraq, di Libya, di Mesir, di Suriah, dimanapun di bumi Allah, termasuk mati syahid. Amiin yaa robbal ‘aalamiin.

Karena misalnya pak Polisi yang dibunuh oleh orang yang akan ditangkapnya, atau oleh rampok maupun teroris telah berada di jalan Allah swt (tugas negara). Betapa bersedih dan menderita keluarganya. Semoga sabar dan tetap iman serta tawakkal. Polisi yang menjadi korban terakhir adalah Bripka Sukardi yang meninggal tadi malam (ini unggahan tanggal 11 September 2013)

Mari kita doakan: "Allaahummaghfirlahu wa’aafihi wa’fu ‘anhu wawassi’ madkholahu wa akrim nuzuulahu, Allaahumma aghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barod, wanaqqihii minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad danats, Allaahumma abdilhu daaron khoiron min daarihi wa ahlan khoiron min ahlihi wa zaujan khoiron min zaujihi. Allaahumma laa tahrimnaa ajrohu walaa taftinnaa ba’dahu, waj’alil jannata matswahu, waghfirlanaa walahu".
Di bawah ini beberapa hadits tentang mati syahid
صحيح البخاري ٢٥٨٦: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ حُمَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ عَبْدٍ يَمُوتُ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ يَسُرُّهُ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَأَنَّ لَهُ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا إِلَّا الشَّهِيدَ لِمَا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ فَإِنَّهُ يَسُرُّهُ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً أُخْرَى
Shahih Bukhari 2586: Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami Mu'awiyah bin 'Amru telah bercerita kepada kami Abu Ishaq dari Humaid berkata aku mendengar Anas bin Malik radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang hamba pun yang meninggal dunia, di dimana di sisi Allah dia mendapatkan balasan, yang lebih baik sehingga membuatnya berhasrat untuk kembali lagi ke dunia dan sungguh dia mendapatkan dunia beserta isinya kecuali orang yang mati syahid karena dia melihat keutamaan mati syahid. Sungguh dia menginginkan dapat kembali ke dunia kemudian dia (berperang) dan mati syahid sekali lagi".

صحيح البخاري ٢٥٨٢: حَدَّثَنَا مُوسَى حَدَّثَنَا جَرِيرٌ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ عَنْ سَمُرَةَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَصَعِدَا بِي الشَّجَرَةَ فَأَدْخَلَانِي دَارًا هِيَ أَحْسَنُ وَأَفْضَلُ لَمْ أَرَ قَطُّ أَحْسَنَ مِنْهَا قَالَا أَمَّا هَذِهِ الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَدَاءِ
Shahih Bukhari 2582: Telah bercerita kepada kami Musa telah bercerita kepada kami Jarir telah bercerita kepada kami Abu Roja' dari Samrah: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada malam (Isra' dan Mi'raj) aku ditemui oleh dua malaikat yang mengajakku mendaki sebuah pohon lalu keduanya memasukkan aku ke sebuah negeri (kampung) yang terbaik dan paling utama yang belum pernah aku melihat yang lebih bailk darinya. Kedua malaikat itu berkata: "Adapun negeri ini adalah kampungnya para syuhada' (orang yang mati syahid) ".

صحيح البخاري ٢٦٠٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ
Shahih Bukhari 2606: Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Ghundar telah bercerita kepada kami Syu'bah berkata aku mendengar Qatadah berkata aku mendengar Anas bin Malik radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia, karena menurutnya di dunia tidak ada yang bernilai sedikit pun, kecuali orang yang mati syahid dimana dia berkeinginan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid).

صحيح البخاري ٢٦١٧: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Shahih Bukhari 2617: Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sumayya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Syuhada' (orang yang mati syahid) ada lima; yaitu orang yang terkena wabah penyakit Tha'un, orang yang terkena penyakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan bangunan dan yang mati syahid di jalan Allah".

صحيح البخاري ٦١٥: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ ثُمَّ قَالَ الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِيقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالَ لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا لَاسْتَهَمُوا عَلَيْهِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لَاسْتَبَقُوا إِلَيْهِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
Shahih Bukhari 615: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dari Malik dari Sumayya mantan budak Abu Bakar bin 'Abdurrahman, dari Abu Shalih As Saman dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika seorang laki-laki berjalan pada suatu jalan dan menemukan dahan berduri lalu ia membuangnya maka Allah menyanjungnya dan mengampuni dosanya." Kemudian beliau bersabda: "Orang yangmati syahid itu ada lima; orang yang mati karena penyakit kusta, orang yang mati karena sakit perut, orang yang mati kerena tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang terbunuh di jalan Allah." Beliau melanjutkan sabdanya: "Seandainya manusia mengetahui apa (kebaikan) yang terdapat pada adzan dan shaf awal, lalu mereka tidak dapat meraihnya kecuali dengan cara mengundi tentulah mereka akan mengundi. Dan seandainya mereka mengetahui apa yang terdapat pada bersegera menuju shalat, tentulah mereka akan berlomba-lomba. Dan seandainya mereka mengetahui kebaikan yang terdapat pada shalat 'Atamah (shalat 'Isya') dan Shubuh, tentulah mereka akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak."

صحيح البخاري ٣٢١٥: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي الْفُرَاتِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ
Shahih Bukhari 3215: Telah bercerita kepada kami Musa binIsma'il telah bercerita kepada kami Daud bin Abu Al Furat telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Buraidah dari Yahya bin Ya'mar dari 'Aisyah radliallahu 'anhu, istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah tha'un lalu beliau mengabarkan aku bahwa tha'un (penyakit sampar, pes, lepra) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun yang menderita tha'un lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentaqdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid".

صحيح البخاري ٢٣٠٠: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ هُوَ ابْنُ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو الْأَسْوَدِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
Shahih Bukhari 2300: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yazid telah menceritakan kepada kami Sa'id, dia adalah anak dari Abu Ayyub berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Al Aswad dari 'Ikrimah dari 'Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma berkata, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang terbunuh karena membela hartanya maka dia syahid".

صحيح البخاري ٥٢٩٢: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَالْمَطْعُونُ شَهِيدٌ
Shahih Bukhari 5292: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari Malik dari Sumayy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "(meninggal) karena sakit perut adalah syahid, dan (meninggal) karena lepra juga syahid."

Sungguh tinggi kedudukan orang yang mati syahid.

Unggah FB 11 September 2013 status
Semoga semua anggota Polisi yang meninggal dalam tugas termasuk mati syahid. Semua muslim yang berjuang di jalan Allah swt, dimana saja di Ambon, di Poso (dulu), di Palestina, di Serbia dan sekitarnya, di Iraq, di Libya, di Mesir, di Suriah, dimanapun di bumi Allah, termasuk mati syahid. Amiin yaa robbal ‘aalamiin.

Karena misalnya pak Polisi yang dibunuh oleh orang yang akan ditangkapnya, atau oleh rampok maupun teroris telah berada di jalan Allah swt (tugas negara). Betapa bersedih dan menderita keluarganya. Semoga sabar dan tetap iman serta tawakkal. Polisi yang menjadi korban terakhir adalah Bripka Sukardi yang meninggal tadi malam.

Mari kita doakan: "Allaahummaghfirlahu wa’aafihi wa’fu ‘anhu wawassi’ madkholahu wa akrim nuzuulahu, Allaahumma aghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barod, wanaqqihii minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad danats, Allaahumma abdilhu daaron khoiron min daarihi wa ahlan khoiron min ahlihi wa zaujan khoiron min zaujihi. Allaahumma laa tahrimnaa ajrohu walaa taftinnaa ba’dahu, waj’alil jannata matswahu, waghfirlanaa walahu".

Shahih Bukhari 2586: dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang hamba pun yang meninggal dunia, di dimana di sisi Allah dia mendapatkan balasan, yang lebih baik sehingga membuatnya berhasrat untuk kembali lagi ke dunia dan sungguh dia mendapatkan dunia beserta isinya kecuali orang yang mati syahid karena dia melihat keutamaan mati syahid. Sungguh dia menginginkan dapat kembali ke dunia kemudian dia (berperang) dan mati syahid sekali lagi".

Shahih Bukhari 2582: dari Samrah: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada malam (Isra' dan Mi'raj) aku ditemui oleh dua malaikat yang mengajakku mendaki sebuah pohon lalu keduanya memasukkan aku ke sebuah negeri (kampung) yang terbaik dan paling utama yang belum pernah aku melihat yang lebih bailk darinya. Kedua malaikat itu berkata: "Adapun negeri ini adalah kampungnya para syuhada' (orang yang mati syahid) ".

Shahih Bukhari 2606: dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia, karena menurutnya di dunia tidak ada yang bernilai sedikit pun, kecuali orang yang mati syahid dimana dia berkeinginan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid).

Shahih Bukhari 2617: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Syuhada' (orang yang mati syahid) ada lima; yaitu orang yang terkena wabah penyakit Tha'un, orang yang terkena penyakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan bangunan dan yang mati syahid di jalan Allah".

Shahih Bukhari 615: dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika seorang laki-laki berjalan pada suatu jalan dan menemukan dahan berduri lalu ia membuangnya maka Allah menyanjungnya dan mengampuni dosanya." Kemudian beliau bersabda: "Orang yangmati syahid itu ada lima; orang yang mati karena penyakit kusta, orang yang mati karena sakit perut, orang yang mati kerena tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang terbunuh di jalan Allah." Beliau melanjutkan sabdanya: "Seandainya manusia mengetahui apa (kebaikan) yang terdapat pada adzan dan shaf awal, lalu mereka tidak dapat meraihnya kecuali dengan cara mengundi tentulah mereka akan mengundi. Dan seandainya mereka mengetahui apa yang terdapat pada bersegera menuju shalat, tentulah mereka akan berlomba-lomba. Dan seandainya mereka mengetahui kebaikan yang terdapat pada shalat 'Atamah (shalat 'Isya') dan Shubuh, tentulah mereka akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak."

Shahih Bukhari 3215: dari 'Aisyah radliallahu 'anhu, istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah tha'un lalu beliau mengabarkan aku bahwa tha'un (penyakit sampar, pes, lepra) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun yang menderita tha'un lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentaqdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid".

Shahih Bukhari 2300: dari 'Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma berkata, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang terbunuh karena membela hartanya maka dia syahid".

Shahih Bukhari 5292: dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "(meninggal) karena sakit perut adalah syahid, dan (meninggal) karena lepra juga syahid."

Sungguh tinggi kedudukan orang yang mati syahid.

Wallahu a'lam 11 September 2013